Balikpapan – Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK)*, Prof. Ir. Dr. Sulistijono, DEA menyambut tahun baru 2016 dengan penuh optimis dan semangat. Terlebih sejak 1 Januari 2016, Indonesia telah memasuki Komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). “Mau tidak mau kita semua harus siap. ITK siap mencetak putra-putri Indonesia agar mampu bersaing di tingkat kawasan dan global,” kata Sulis, panggilan akrabnya ketika ditemui di Kampus ITK, Karang Joang KM 15, Balikpapan, Kamis, 14 Januari 2016.
Semangat Sulis tidak semata isapan jempol. Sejak diangkat menjadi Rektor ITK pada 13 Oktober 2014 yang lalu, ia gencar melakukan berbagai hal demi menjadikan ITK sebagai universitas terbaik se-Asia. Salah satu di antaranya adalah merekrut dosen-dosen yang berkualitas.
“Kualifikasi mereka minimal S2, lulusan universitas merupakan lulusan perguruan tinggi terbaik di Indonesia (ITS, ITB, IPB, UI, UGM, UB, UnMul) dan luar negeri (Perancis, Inggris, Jepang, Taiwan, Thailand, Malaysia). Hingga tahun 2015, rasio dosen dan mahasiswa sebesar 1:4. Dengan tambahan tenaga dosen baru, maka pada mulai tahun 2016 rasionya meningkat menjadi 1:8,” kata Sulis.
Pria energik kelahiran Madiun, 26 Maret 1962 silam ini juga mengungkapkan bahwa 30 persen dari dosen ITK adalah dosen senior dan profesor dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Ada juga tenaga laboratorium Teknik Material dan Metalurgi lulusan sarjana yang baru saja direkrut dan dipersiapkan menjadi dosen setelah melanjutkan studi S2.
“Kami tidak main-main. Kualifikasi dosen yang bagus ditambah tenaga pendidik yang terampil, akan mendorong kinerja universitas,” imbuhnya.
Lahirnya ITK merupakan buah inisiasi dari Prof. Dr. Ir. M. Nuh, DEA, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada 2011, Kemendikbud meminta Kampus Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk mempersiapkan sumber daya manusia di Kalimantan dalam rangka Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Koridor Kalimantan.
ITK pun segera berevolusi. Pada 2012 kampus ini menerima 100 mahasiswa pertamanya, dengan lima program studi yang ditawarkan, yang ditempatkan sementara di ITS. Tahun 2014, ITK resmi menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) oleh Presiden SBY. Setahun setelahnya, ITK bergabung dengan PTN lainnya untuk menerima mahasiswa baru melalui jalur Seleksi Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Juni 2015, ITK resmi berpisah dengan ITS dan pindah ke kampus barunya di Karang Joang, Balikpapan. Mulai 2016, ITK mulai menerima mahasiswa melalui jalur SNMPTN.
“Kami terus mengusahakan agar mahasiswa kami mendapatkan beasiswa, baik dari pemerintah daerah seperti Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, Pemprov Kaltim, Pemkot Balikpapan, maupun dari pemerintah pusat dengan beasiswa dari Kementerian Pendidikan Tinggi,” kata Sulis.
Selain melalui jalur SNMPTN, dan SBMPTN, ITK juga membuka penerimaan mahasiswa baru melalui jalur mandiri yang dapat diakses di http://smitek.itk.ac.id . Rata-rata mahasiswa yang akan diterima/diambil untuk total 13 program studi ini sebanyak 80 orang. Sehingga total yang akan diterima pada tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 1040 mahasiswa,” ungkap pria yang menamatkan studi S3-nya di Perancis ini.
Tidak hanya dosen yang berkualitas, ITK pun menambah tiga program studi baru di ITK pada 2016 ini, yakni Teknik Industri, Teknik Informatika, dan Teknik Lingkungan.
Hingga tahun 2015, animo masyarakat begitu tinggi untuk masuk ke ITK. Rasionya mencapai 1:7 yang berarti artinya jika ada tujuh pendaftar, maka hanya satu yang diterima. “Ini rasio yang sangat bagus dan terbaik se-Kalimantan. Rasio ini harus dipertahankan, kalau bisa semakin tinggi lagi,” kata Sulis.
Infrastruktur dan fasilitas pendukung perkuliahan, kata Sulis, terus dibenahi dan dipercepat pembangunannya, seperti pasokan air bersih sudah ok di ITK dari PDAM Balikpapan. Gedung kedua ITK juga sudah berdiri. “Hal yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah (Pempov Kaltim dan Pemkot Balikpapan) adalah soal akses jalan, lahan, dan pasokan listrik,” tegas Sulis.
Saat ini ITK masih menggunakan tenaga diesel dari generator set pinjaman dari Pemerintah Kota Balikpapan. Genset ini membutuhkan dana yang besar untuk mengoperasikannya. Keadaan ini sangat ironis ketika mengetahui bahwa Kantor PLN Area Panyaluran dan Pengatur Beban (AP2B) Karang Joang berlokasi tidak jauh dari Kampus ITK.
“PLN harus segera masuk dan memberi kami listrik,” kata Sulis. Ia memberi dua alternatif jalur masuk untuk instalasi listrik PLN, yakni melalui Jalan Transkalimantan di kilometer 13 yang terletak di sisi selatan ITK, atau melalui sisi Utara ITK dari Jalan Sei Wein, Balikpapan Utara Kilometer 15. “Terserah PLN, apakah nanti listriknya menyalur dari warga, apakah perlu dibangun travo sendiri, atau membuat sumber listrik baru di wilayah ITK yang tentunya membutuhkan daya listrik besar,”.
Selain listrik, sambung Sulis, akses jalan masuk ke ITK juga perlu perhatian. Saat ini terdapat dua akses masuk ke ITK. Akses pertama dari utara, melalui Jalan Soekarno-Hatta KM 15 terus menuju Jalan Sungai Wein hingga Jalan Pejuang. Akses kedua dari selatan, melalui Jalan Soekarno-Hatta KM 13 dilanjutkan ke Jalan Transkalimantan kemudian berbelok ke Jalan Perintis.
Selama ini sebagian besar pengguna ITK dan aktifitas surat-menyuratnya lebih memilih menggunakan Jalan Perintis karena lebih lebar, mudah diakses dekat dengan kota. Sementara Jalan Pejuang, meskipun sudah dicor beton, masih sempit karena lebarnya hanya empat meter. Kondisi ini menyulitkan pengguna kendaraan mobil jika berpapasan.
“Terima kasih kepada Pemkot Balikpapan yang sudah membangun Jalan Pejuang. Tapi kami mengharapkan jalannya bisa lebih lebar. Minimal 8 meter untuk jalan masuk ke universitas,” kata Sulistijono. Jalan masuk melalui Jalan Perintis ini pun sifatnya sementara, karena lahan jalan ini masih merupakan milik Kepolisian Daerah Balikpapan.
Ia sangat berharap agar pemerintah daerah, baik Pemprov Kaltim dan Pemkot Balikpapan dapat melebarkan lagi akses masuk utama ke ITK. “Pilihannya jalan ini bisa dilebarkan menjadi double-track, atau membuat jalan masuk baru dari depan Kebun Raya Balikpapan,” imbuhnya.
Pemerintah daerah juga dapat mendukung pembangunan asrama mahasiswa, pembebasan lahan, dan meubeler untuk setiap ruang kelas. “Tahun baru, semangat baru. Kami serius, pemda pun juga mesti serius. Kalau tidak, gerak ITK kami menjadi lambat. Tapi kami optimis semua masalah dapat segera ditangani,” tegas Sulistijono. (Humas ITK)
*info mengenai ITK dapat dilihat di http://www.itk.ac.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar