Balikpapan
– Yang muda yang berprestasi. Ungkapan ini agaknya cocok untuk menggambarkan
dua sosok dosen muda Institut Teknologi Kalimantan (ITK) yang mengukir tinta
emas di jagat akademik nusantara. Kedua orang itu adalah Irma Fitria (dosen
Program Studi Matematika) dan Taufik Hidayat (dosen Program Studi Teknik
Perkapalan). Kepada Humas ITK, mereka membagi kisahnya.
Irma
Fitria, wanita asal Banjarmasin yang belum genap berusia 23 tahun ini sudah
merampungkan kuliah sarjana dan magisternya. Tak tanggung-tanggung, keduanya ia
selesaikan dalam waktu singkat, pula meraih predikat cum laude.
Gelar
kesarjanaannya Irma tempuh dalam 3,5 tahun dengan Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) 3,91. Ia juga hanya perlu waktu 1,5 tahun untuk menyandang Magister Sains (M.Si) dengan IPK 3,92. Mengagumkan
sekaligus mencengangkan, apalagi jika mengetahui bahwa bidang keilmuan yang
digelutinya merupakan jurusan yang notabene dianggap sebagai momok bagi banyak
orang, Matematika.
Atas
prestasinya ini, Irma diganjar sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mapres) oleh ITS,
dan sebagai lulusan terbaik, baik untuk wisuda S1 dan S2-nya. Ia bahkan meminta
ijin di sela-sela waktu mengajarnya, untuk mengikuti wisuda magisternya pada
Ahad, 20 Maret 2016 di Kampus ITS Surabaya.
“Alhamdulillah,
semua ini berkat dukungan orangtua, keluarga, dan rekan-rekan baik yang di
Kalimantan maupun di Surabaya ” kata Irma ketika dihubungi Humas ITK, Senin, 21
Maret 2016. Profesinya sebagai dosen merupakan cita-citanya semenjak kecil.
Meski
mengantongi segudang prestasi, Irma tidak besar kepala. Alumni SMAN 1
Banjarmasin ini mengaku, di antara resep agar sukses mengarungi dunia
perkuliahan adalah dengan pandai-pandai memanajemen diri.
“Kuliah
adalah prioritas utama yang tidak boleh dilupakan,” ujar Irma dengan nada
tegas. Menurutnya, nilai atau indeks prestasi memang bukan segalanya. Tetapi ketekunan
dalam belajar, akan “meningkatkan kemampuan seseorang sesuai bidang keahliannya,
yang sangat dibutuhkan ketika lulus nanti.”
Waktu
luang Irma ia manfaatkan untuk mempelajari kembali materi kuliah yang telah
diajarkan. “Saya membuat rangkuman catatan kuliah di kertas kecil yang bisa
dibaca setiap saat dan selalu dibawa ke mana-mana,” kata bungsu dari empat
bersaudara ini. Ayahnya seorang PNS dan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.
Tapi
kehidupan kampus juga harus seimbang, kata Irma menambahkan. Dengan mengikuti kegiatan
organisasi kampus, mahasiswa belajar bersosialisasi dengan banyak orang. “Kemampuan
berkomunikasi dan kepemimpinan merupakan softskill
yang sangat diperlukan ketika terjun ke masyarakat nantinya.” Semasa kuliah, Irma aktif di Himpunan
Mahasiswa Matematika (Himatika), kegiatan mentoring, dan pengembangan desa
binaan.
Lain
Irma, lain pula dengan Taufik Hidayat. Penelitian thesis dosen Teknik
Perkapalan ITK ini, berhasil menjadi salah satu agenda penelitian strategis nasional
yang akan dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 2016.
Oleh
dosen pembimbingnya di ITS , Buana Ma’Ruf, thesisnya yang berjudul ‘Pengembangan
Strategi Daya Saing Industri Galangan Kapal Surabaya Dengan Menggunakan Model Formulasi
Yardstrat’ dianggap layak untuk dikembangkan penelitian dengan ruang lingkup
Jawa Timur, dan Indonesia.
Menurut
Taufik, industri galangan kapal Indonesia kalah maju dibandingkan Vietnam,
Filipina, China, Korea Selatan, dan Jepang. Padahal potensi maritim Indonesia
jauh lebih besar dibanding negara-negara tersebut. “Saya ingin memajukan industri
galangan kapal Indonesia menjadi lima besar dunia,” kata Taufik bersemangat.
Pria
kelahiran Surabaya 26 tahun silam ini menyelesaikan kuliah Sistem Perkapalan
selama 3,5 tahun, dan Magister Perkapalan selama 1,5 tahun. Keduanya ia
selesaikan di ITS. “Selepas S1, saya sempat bekerja di perusahaan kontraktor asal
Jepang. Tetapi panggilan untuk mengajar membuat saya melanjutkan studi S2,”
ujar Taufik yang baru diwisuda kemarin.
Tulisan
ilmiah Taufik juga tersebar, baik di jurnal nasional maupun internasional yang
menekankan
aliansi
secara sinergi antara industri galangan kapal, pemasok, pengguna, serta
pemerintah dan lembaga terkait (pendidikan, penelitian, asosiasi pendukung) untuk
berkompetisi menciptakan inovasi galangan kapal yang berkelanjutan.
Cerita
Irma dan Taufik yang membanggakan ini ternyata juga didengar pihak rektorat. “Ini
bisa menginspirasi bagi civitas akademika ITK lainnya, termasuk mahasiswa dan
generasi muda, untuk berprestasi dan memajukan bangsa,” kata Wakil Rektor
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Subchan di Kampus ITK Karang Joang, Senin,
21 Maret 2016. (humas ITK)