Balikpapan
– Ada yang unik di Institut Teknologi Kalimantan pada Jumat, 5 Februari 2016.
Kampus yang biasanya diisi dengan kegiatan akademik berbau teknologi, hari itu
diwarnai dengan acara siraman rohani bagi para dosen dan karyawan ITK. Kuliah
pranikah. Sangidun, koordinator Tim Pembina Kerohanian Islam (TPKI) ITK
mengatakan, acara bertajuk ‘Separuh Agamaku Bersamaku’ ini diselenggarakan
sebagai bagian dari syiar Islam di kampus yang terletak di Karang Joang,
Balikpapan.
“Inisiasinya
dari dosen-dosen senior yang sudah menikah agar kuliah pranikah ini dapat
memotivasi dosen-dosen muda agar segera menikah,” kata dosen pengajar mata
kuliah Agama Islam ini. Menurutnya, acara yang digawangi TPKI ini merupakan
agenda pertama di tahun 2016. Selanjutnya ada ada kegiatan lain yang sifatnya
tematik, sewaktu-waktu, maupun rutin seperti tahsin Alquran, pelajaran bahasa
Arab, Fiqih, dan lainnya. TPKI juga bekerjasama dengan Ikatan Mahasiswa Muslim
ITK (IMMI) jika kegiatan yang diadakan melibatkan mahasiswa.
“TPKI
bertujuan menciptakan komunitas Islami di ITK baik dosen, karyawan hingga
mahasiswanya. Kami ingin mencetak mahasiswa ITK yang tidak saja kompeten secara
intelektual tapi juga memiliki pemahaman agama yang baik,” kata pria asal
Babulu, Penajam Paser Utara ini.
Wakil
Rektor Bidang Akademik, Subchan yang membuka acara ini setelah tilawatil
Alquran mengatakan, kegiatan penguatan iman dan taqwa sangat diperlukan bagi
civitas akademika ITK. “Sebagai pabrik pencetak generasi cendekia, para dosen
dan karyawan ITK harus memiliki karakter kejiwaan yang matang, stabil, dan
dewasa. Karena yang kami didik bukan robot, tapi manusia dengan segala
perangkat hidupnya,” katanya.
Dosen
Teknik Material dan Metalurgi, Abdi Suprayitno menjadi master ceremony (MC). Mulhadi Ismail, seorang praktisi konsultan
dari Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Balikpapan diundang untuk menjadi
narasumbernya.
Mulhadi
mengawali kuliahnya dengan menyajikan data dari Departemen Agama Balikpapan yang
menyebutkan bahwa selama 2015 terjadi 2.054 pernikahan. Sebuah angka yang cukup
tinggi. Namun di tahun yang sama, 50 persen dari jumlah tersebut mengalami
perceraian.
“Yang
menggugat umumnya adalah para istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga
dari suaminya. Sebagian besar terjadi karena kurangnya persiapan dan pemahaman
tentang ilmu pernikahan. Di sinilah pentingnya Kuliah Pranikah,” kata Muladi
yang merupakan anggota IKADI (Ikatan Dai Indonesia) Balikpapan.
Mulhadi
menekankan bahwa sejak usia dini pendidikan tentang pergaulan dengan lawan
jenis harus didiskusikan ke anak-anak
kita sebagai pelajaran. “Dengan mempelajari ilmunya sejak dini, akan
menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pergaulan bebas,”
katanya.
Pria
kelahiran Balikpapan tersebut memberikan pertanyaan terbuka tentang mengapa
dilakukan pernikahan jika akhirnya bercerai. Padahal Islam memandang pernikahan
sebagai suatu hal yang suci dan tinggi. Islam juga memandang wanita sebagai
istimewa, sampai-sampai ada suatu surah dalam Al-Quran yang bernama Annisa.
Mulhadi menyarankan bagi kaum pria untuk belajar mengenai wanita terlebih dulu
sebelum menikah.
“Karena
itu, setiap pasangan yang ingin menikah harus menetapkan visi menikah. Allah
SWT telah membimbing kita terkait visi menikah itu dalam Quran Surah Ar Ra’d
ayat 23, yang berbunyi (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya
bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya,
isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu,” paparnya.
Selain visi, Mulhadi menambahkan, misi menikah juga harus ditetapkan.
Salah satunya termaktub dalam Quran Surah ayat 6 yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Munakahat atau pernikahan dalam Islam, kata Mulhadi, sangat penting dalam
memelihara kelangsungan hidup dan peradaban manusia. Ia memaparkan suatu fenomena
yang terjadi di Eropa dan Amerika Utara. Dalam masyarakat di kedua wilayah itu
saat ini sedang mengalami penurunan angka fertilitas atau kesuburan yang
tajam. “Itu artinya mereka akan mengalami
kehilangan generasi dalam 20-30 tahun ke depan. Itu terjadi karena ada budaya
mereka yang tidak sesuai dengan agama, yakni pergaulan bebas, budaya
berganti-ganti pasangan menyebabkan ketidakjelasan keturunan, termasuk
pergaulan Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transseksual (LGBT),” jelasnya.
Kebalikannya,
Mulhadi melanjutkan, tingkat kelahiran dan fertilitas di kalangan
keluarga-keluarga muslim meningkat. Keluarga-keluarga Perancis mulai menitipkan
anak-anak mereka di keluarga muslim. “Orang mereka justru lebih tenang karena
mereka kagum dengan cara keluarga muslim mendidik anak-anaknya, menjaga
keutuhan generasi. Ini menunjukkan betapa hebatnya nilai-nilai Islam tentang
pernikahan dan segala turunannya, seperti cara berinteraksi dengan lawan
jenis,” ujarnya.
Mulhadi
pun memberikan beberapa saran kepada para dosen dan karyawan ITK yang hadir agar
segera menikah jika mental sudah siap. Perbedaan hubungan biologis dengan lawan
jenis terletak pada akadnya. Bahwa menikah sebaiknya diniatkan sebagai ketaatan
melaksanakan perintah Allah dan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Bukan semata-mata
karena dorongan biologis. Penjagaan diri selama sebelum proses pernikahan.
“Agar
mendapatkan pasangan terbaik, Rasulullah SAW memberi saran dengan sabdanya ‘Pilihlah
yang paling baik agamanya, maka kamu akan beruntung’, jadi unsur kesholehan
harus tetap ada agar berkah dan bahagia dunia-akhirat,” katanya.
Masalah–masalah
yang selama ini menjadi penghalang bagi seseorang untuk menikah, kata Mulhadi, harus
diatasi. Di antaranya seperti biaya mahar yang mahal, padahal antara kedua
calon bisa didiskusikan. Jangan kecewa juga dengan semua lelaki atau wanita
jika pernah dikecewakan sekali. “Hidup anda masih panjang membentang. Jangan
terbelenggu pada apa yang sudah silam.”
Ketua
Panitia Kuliah Pranikah, Januar Ismail, mengucap syukur acara berjalan lancar.
“Alhamdulillah, pimpinan juga mengapresiasi meski acara ini dilakukan pada jam
kerja. Dosen dan tenaga kependidikan juga banyak yang hadir dan antusias mengikuti,
padahal ini tidak diwajibkan,” kata Dosen Matematika ini. 80an dosen dan tenaga
kependidikan ITK mengikuti acara pranikah tersebut dengan sangat antusias. “Saya
sangat mendukung, acara seperti ini bagus sekali dan perlu ada kelanjutannya,”
kata Desi Ridho, karyawan ITK asal Balikpapan.
Peserta
lain yang juga terlihat antusias adalah Rosna Malika, Dosen Matematika lulusan
ITS. Ia mengaku sudah pernah mengikuti Kuliah Pranikah sebelumnya. Meski
demikian, acara kali ini cukup berkesan karena ia mendapat ilmu baru tentang
visi menikah yang harus dimiliki sebelum pasangan itu menikah. “Tenyata menikah
itu butuh visi yang jelas, bahwa perintah menikah itu ada dalam Alquran. Bahkan
rasul pun memberi tuntunan bagaimana menjadi istri dan ibu yang baik. Kuliah
ini sangat bermanfaat dan perlu ada kelanjutannya,” kata wanita kelahiran
Lamongan, Jawa Timur, tahun 1992 silam ini.
Acara
diselingi dengan pemberian hadiah atau doorprize
berupa buku, bagi peserta kuliah yang mampu menjawab maupun memberi pertanyaan kepada
narasumber. Di akhir acara, panitia mempersilakan para peserta jika ada yang
serius mendapatkan pasangan, maka dapat memberikan formulir biodata ke TPKI. (Humas ITK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar