Selasa, 09 Februari 2016

ITK Adakan Kuliah Pranikah Bagi Dosen dan Karyawan




Balikpapan – Ada yang unik di Institut Teknologi Kalimantan pada Jumat, 5 Februari 2016. Kampus yang biasanya diisi dengan kegiatan akademik berbau teknologi, hari itu diwarnai dengan acara siraman rohani bagi para dosen dan karyawan ITK. Kuliah pranikah. Sangidun, koordinator Tim Pembina Kerohanian Islam (TPKI) ITK mengatakan, acara bertajuk ‘Separuh Agamaku Bersamaku’ ini diselenggarakan sebagai bagian dari syiar Islam di kampus yang terletak di Karang Joang, Balikpapan. 

“Inisiasinya dari dosen-dosen senior yang sudah menikah agar kuliah pranikah ini dapat memotivasi dosen-dosen muda agar segera menikah,” kata dosen pengajar mata kuliah Agama Islam ini. Menurutnya, acara yang digawangi TPKI ini merupakan agenda pertama di tahun 2016. Selanjutnya ada ada kegiatan lain yang sifatnya tematik, sewaktu-waktu, maupun rutin seperti tahsin Alquran, pelajaran bahasa Arab, Fiqih, dan lainnya. TPKI juga bekerjasama dengan Ikatan Mahasiswa Muslim ITK (IMMI) jika kegiatan yang diadakan melibatkan mahasiswa.


“TPKI bertujuan menciptakan komunitas Islami di ITK baik dosen, karyawan hingga mahasiswanya. Kami ingin mencetak mahasiswa ITK yang tidak saja kompeten secara intelektual tapi juga memiliki pemahaman agama yang baik,” kata pria asal Babulu, Penajam Paser Utara ini.

Wakil Rektor Bidang Akademik, Subchan yang membuka acara ini setelah tilawatil Alquran mengatakan, kegiatan penguatan iman dan taqwa sangat diperlukan bagi civitas akademika ITK. “Sebagai pabrik pencetak generasi cendekia, para dosen dan karyawan ITK harus memiliki karakter kejiwaan yang matang, stabil, dan dewasa. Karena yang kami didik bukan robot, tapi manusia dengan segala perangkat hidupnya,” katanya.

Dosen Teknik Material dan Metalurgi, Abdi Suprayitno menjadi master ceremony (MC). Mulhadi Ismail, seorang praktisi konsultan dari Rumah Keluarga Indonesia (RKI) Balikpapan diundang untuk menjadi narasumbernya.


Mulhadi mengawali kuliahnya dengan menyajikan data dari Departemen Agama Balikpapan yang menyebutkan bahwa selama 2015 terjadi 2.054 pernikahan. Sebuah angka yang cukup tinggi. Namun di tahun yang sama, 50 persen dari jumlah tersebut mengalami perceraian.

“Yang menggugat umumnya adalah para istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dari suaminya. Sebagian besar terjadi karena kurangnya persiapan dan pemahaman tentang ilmu pernikahan. Di sinilah pentingnya Kuliah Pranikah,” kata Muladi yang merupakan anggota IKADI (Ikatan Dai Indonesia) Balikpapan.

Mulhadi menekankan bahwa sejak usia dini pendidikan tentang pergaulan dengan lawan jenis harus  didiskusikan ke anak-anak kita sebagai pelajaran. “Dengan mempelajari ilmunya sejak dini, akan menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pergaulan bebas,” katanya.


Pria kelahiran Balikpapan tersebut memberikan pertanyaan terbuka tentang mengapa dilakukan pernikahan jika akhirnya bercerai. Padahal Islam memandang pernikahan sebagai suatu hal yang suci dan tinggi. Islam juga memandang wanita sebagai istimewa, sampai-sampai ada suatu surah dalam Al-Quran yang bernama Annisa. Mulhadi menyarankan bagi kaum pria untuk belajar mengenai wanita terlebih dulu sebelum menikah.

“Karena itu, setiap pasangan yang ingin menikah harus menetapkan visi menikah. Allah SWT telah membimbing kita terkait visi menikah itu dalam Quran Surah Ar Ra’d ayat 23, yang berbunyi (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu,” paparnya.


Selain visi, Mulhadi menambahkan, misi menikah juga harus ditetapkan. Salah satunya termaktub dalam Quran Surah ayat 6 yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Munakahat atau pernikahan dalam Islam, kata Mulhadi, sangat penting dalam memelihara kelangsungan hidup dan peradaban manusia. Ia memaparkan suatu fenomena yang terjadi di Eropa dan Amerika Utara. Dalam masyarakat di kedua wilayah itu saat ini sedang mengalami penurunan angka fertilitas atau kesuburan yang tajam.  “Itu artinya mereka akan mengalami kehilangan generasi dalam 20-30 tahun ke depan. Itu terjadi karena ada budaya mereka yang tidak sesuai dengan agama, yakni pergaulan bebas, budaya berganti-ganti pasangan menyebabkan ketidakjelasan keturunan, termasuk pergaulan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transseksual (LGBT),” jelasnya.


Kebalikannya, Mulhadi melanjutkan, tingkat kelahiran dan fertilitas di kalangan keluarga-keluarga muslim meningkat. Keluarga-keluarga Perancis mulai menitipkan anak-anak mereka di keluarga muslim. “Orang mereka justru lebih tenang karena mereka kagum dengan cara keluarga muslim mendidik anak-anaknya, menjaga keutuhan generasi. Ini menunjukkan betapa hebatnya nilai-nilai Islam tentang pernikahan dan segala turunannya, seperti cara berinteraksi dengan lawan jenis,” ujarnya.


Mulhadi pun memberikan beberapa saran kepada para dosen dan karyawan ITK yang hadir agar segera menikah jika mental sudah siap. Perbedaan hubungan biologis dengan lawan jenis terletak pada akadnya. Bahwa menikah sebaiknya diniatkan sebagai ketaatan melaksanakan perintah Allah dan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Bukan semata-mata karena dorongan biologis. Penjagaan diri selama sebelum proses pernikahan.

“Agar mendapatkan pasangan terbaik, Rasulullah SAW memberi saran dengan sabdanya ‘Pilihlah yang paling baik agamanya, maka kamu akan beruntung’, jadi unsur kesholehan harus tetap ada agar berkah dan bahagia dunia-akhirat,” katanya.


Masalah–masalah yang selama ini menjadi penghalang bagi seseorang untuk menikah, kata Mulhadi, harus diatasi. Di antaranya seperti biaya mahar yang mahal, padahal antara kedua calon bisa didiskusikan. Jangan kecewa juga dengan semua lelaki atau wanita jika pernah dikecewakan sekali. “Hidup anda masih panjang membentang. Jangan terbelenggu pada apa yang sudah silam.”


Ketua Panitia Kuliah Pranikah, Januar Ismail, mengucap syukur acara berjalan lancar. “Alhamdulillah, pimpinan juga mengapresiasi meski acara ini dilakukan pada jam kerja. Dosen dan tenaga kependidikan juga banyak yang hadir dan antusias mengikuti, padahal ini tidak diwajibkan,” kata Dosen Matematika ini. 80an dosen dan tenaga kependidikan ITK mengikuti acara pranikah tersebut dengan sangat antusias. “Saya sangat mendukung, acara seperti ini bagus sekali dan perlu ada kelanjutannya,” kata Desi Ridho, karyawan ITK asal Balikpapan.


Peserta lain yang juga terlihat antusias adalah Rosna Malika, Dosen Matematika lulusan ITS. Ia mengaku sudah pernah mengikuti Kuliah Pranikah sebelumnya. Meski demikian, acara kali ini cukup berkesan karena ia mendapat ilmu baru tentang visi menikah yang harus dimiliki sebelum pasangan itu menikah. “Tenyata menikah itu butuh visi yang jelas, bahwa perintah menikah itu ada dalam Alquran. Bahkan rasul pun memberi tuntunan bagaimana menjadi istri dan ibu yang baik. Kuliah ini sangat bermanfaat dan perlu ada kelanjutannya,” kata wanita kelahiran Lamongan, Jawa Timur, tahun 1992 silam ini.


Acara diselingi dengan pemberian hadiah atau doorprize berupa buku, bagi peserta kuliah yang mampu menjawab maupun memberi pertanyaan kepada narasumber. Di akhir acara, panitia mempersilakan para peserta jika ada yang serius mendapatkan pasangan, maka dapat memberikan formulir biodata ke TPKI. (Humas ITK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar